Tampilkan postingan dengan label legenda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label legenda. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Maret 2014

Perahu Anak Durhaka yang Jadi Gunung Batu di Kalimantan

Travel Highlight Legenda

Perahu Anak Durhaka yang Jadi Gunung Batu di Kalimantan

Sri Anindiati Nursastri - detikTravel - Kamis, 07/11/2013 08:42 WIB
Rantau - Legenda tentang anak durhaka tak hanya bisa dilihat di batu Malin Kundang, Sumatera Barat. Di Kalimantan Selatan ada Gua Batu Hapu, yang konon adalah kapal seorang anak yang dikutuk jadi batu.

Gua Batu Hapu di Desa Batu Hapu, Kabupaten Tapi, Kalimantan Selatan, punya panorama yang cantik. Traveler bisa menyusuri desa menuju gua ini dengan jalan kaki, sambil menikmati kehidupan desa dan nuansa alam pegunungan.

Mulut gua ini benar-benar besar. Tak sedikit kelelawar keluar masuk gua ini. Saat masuk ke bagian dalam, stalagit dan stalagmit mencuat dari atas dan bawah. Makin banyak kelelawar yang bergelantungan di langit-langit gua.

Tapi, traveler yang datang ke sini tak semata-mata karena keindahannya. Gua Batu Hapu terkenal oleh legenda tentang seorang anak durhaka yang dikutuk ibunya, seperti dilansir dari dongeng.org, Kamis (7/11/2013).

Alkisah, zaman dahulu kala hidup seorang janda miskin bersama putranya. Janda itu bernama Nini Kudampai, sedangkan anaknya bernama Angui. Ketampanan Angui memikat hati seorang saudagar bernama Keling. Atas izin ibunya, Angui pun 'dipelihara' oleh Keling di pulau seberang.

Terlena harta Keling, Angui malah menjadi boros dan serakah. Keling pun tak mau memeliharanya lagi. Tapi Angui kemudian bekerja keras hingga punya harta berlimpah, dan ingin berlayar ke kampung halaman untuk bertemu ibunya.

Tetapi sampai di kampung halamannya, Angui tidak mengakui ibunya yang gembel. Sebelum kata-kata meluncur dari mulut ibunya, topan pun datang dan menghempas kapalnya. Kapal dan segenap isinya konon terdampar di antara Tambarangan dan Lawahan. Kapal dan seisinya ini sekarang menjadi Gua Batu Hapu.

Traveler bisa menyambangi gua ini dari Kota Rantau (43 Km) atau Kota Banjarmasin (154 Km). Dari Banjarmasin, waktu tempuhnya sekitar 3 jam sampai ke Kabupaten Tapin dengan melewati Kota Intan Martapura. Traveler juga bisa bermalam di rumah penduduk setempat, dan menikmati masakan rumahan mereka.

BATU MENANGIS


BATU MENANGIS
Cerita Legenda Kalimantan
Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.
Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakk!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.
"Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini ! Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".
Demikianlah cerita berbentuk legenda ini, yang oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa kisah itu benar-benar pernah terjadi. Barang siapa yang mendurhakai ibu kandung yang telah melahirkan dan membesarkannya, pasti perbuatan laknatnya itu akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
dan Kunjungi Kumpulan Cerita Rakyat yang lainnya..

Sangkuriang (legenda)

[tutup]

Sangkuriang (legenda)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ilustrasi cerita sangkuriang
Sangkuriang adalah legenda yang berasal dari Tatar Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang terciptanya danau Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Bukit Tunggul.
Dari legenda tersebut, kita dapat menentukan sudah berapa lama orang Sunda hidup di dataran tinggi Bandung. Dari legenda tersebut yang didukung dengan fakta geologi, diperkirakan bahwa orang Sunda telah hidup di dataran ini sejak beribu tahun sebelum Masehi.
Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis mengenai legenda ini ada pada naskah Bujangga Manik yang ditulis pada daun lontar yang berasal dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi. Dalam naskah tersebut ditulis bahwa Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan pulau Bali pada akhir abad ke-15.
Setelah melakukan perjalanan panjang, Bujangga Manik tiba di tempat yang sekarang menjadi kota Bandung. Dia menjadi saksi mata yang pertama kali menuliskan nama tempat legendanya. Laporannya adalah sebagai berikut:
Leumpang aing ka baratkeun (Aku berjalan ke arah barat)
Datang ka Bukit Patenggeng (kemudian datang ke Gunung Patenggeng)
Sakakala Sang Kuriang (tempat legenda Sang Kuriang)
Masa dek nyitu Ci tarum (Waktu akan membendung Citarum)
Burung tembey kasiangan (tapi gagal karena kesiangan)